Dewasa ini, berbagai jenis metode dalam pengajaran semakin dikembangkan. Kemajuan metode-metode belajar ini membuat proses pembelajaran menjadi semakin efisien dan hasil yang diharapkan dapat tercapai. Metode-metode itu dapat berupa perubahan pada instrumental maupun pada environmental input. Pada instrumental input yaitu dengan merubah faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti kurikulum, media pengajaran, alat evaluasi hasil belajar, fasilitas/sarana dan prasarana, pendidik, dan sejenisnya. Sedangkan pada environmental input terdapat pada sosial budaya masyarakat, aspirasi pendidikan orang tua peserta didik, kondisi fisik sekolah, kafetaria sekolah, dan sejenisnya.
Dalam instrumental input, peran seorang pendidik dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran sangatlah besar. Tiap-tap pendidik mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan pengajaran. Perbedaan cara pengajaran ini membuat perbedaan kondisi kelas dan tentu saja hasil yang berbeda.
Pembelajaran di Indonesia selama ini banyak menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses mengajar. Yaitu metode pembelajaran dengan cara ceramah dimana peran pendidik aktif dan peserta didik cenderung pasif. Beberapa pakar mengatakan metode tersebut tidak layak dipakai lagi, sekarang sudah ada metode yang di anggap lebih bagus. Metode yang dimaksud yaitu metode pembelajaran hypnoteaching. Metode pembelajaran hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang penyampaian materinya menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap peserta didik.
Konvensional
Salah satu metode pembelajaran yang paling banyak dipakai adalah metode pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, diantaranya: Djamarah (1996) metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara pendidik dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan metode konvensional, ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, pembagian tugas, dan latihan. Freire (1999) memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber-“gaya bank” (banking concept of education). Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh peserta didik, yang wajib diingat dan dihafal. Menurut Depdiknas dalam pembelejaran konvensional, cenderung pada belajar hafalan yang mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen, menekankan informasi konsep, latihan soal dalam teks, serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper dan pensil test yang hanya menuntut pada satu jawaban benar. Belajar hafalan mengacu pada penghafalan fakta, hubungan, prinsip, dan konsep. Di sini terlihat bahwa proses pembelajaran lebih banyak didominasi pendidik sebagai “pen-transfer” ilmu, sementara peserta didik lebih pasif sebagai “penerima” ilmu. Institute of Computer Technology (2006:10) menyebutnya dengan istilah “Pengajaran tradisional”. Dijelaskannya bahwa pengajaran tradisional yang berpusat pada pendidik adalah perilaku pengajaran yang paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia.
Pengajaran model ini dipandang efektif atau mempunyai keunggulan karena dapat berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. Menyampaikan informasi dengan cepat. Membangkitkan minat akan informasi. Mengajari peserta didik yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar. Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan – kelemahannya adalah .Tidak semua peserta didik memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar peserta didik tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar peserta didik itu sama dan tidak bersifat pribadi. Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on activities). Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh pendidik pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Para peserta didik tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas (hasil). Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal. Pendidik jarang mengajar peserta didik untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep. Peserta didik hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah.
Secara umum ciri-ciri pembelajaran konvensional Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana peserta didik menerima pengetahuan dari pendidik dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar, Belajar secara individual, Pembelajran sangan abstrak dan teoritis, Perilaku dibangun atas kebiasaan,Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final, Pendidik adalah penetu jalannya proses pembelajaran, Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik, Interaksi di antara peserta didik kurang, Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan, Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh pendidik pada saat belajar kelompok sedang berlangsung, Pendidik sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Hypnoteaching
Metode pembelajaran lain yang kini tengah dikembangkan adalah metode belajar hypnoteaching. Hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar karena alam bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap cara kerja otak. Hypnoteaching merupakan gabungan dari lima metode belajar mengajar seperti quantum learning, accelerate learning, power teaching, Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan hypnosis.
Kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching Proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik. Peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya. Proses pemberian ketrampilan banyak diberikan disini. Proses pembelajarannya lebih beragam. Peserta didik dapat dengan mudah menguasai materi, karna termotivasi lebih untuk belajar. Pembelajaran bersifat aktif. Pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif. Peserta didik lebih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif. Peserta didik akan melakukan pembelajaran dengan senang hati. Daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama, karena peserta didik tidak menghafal. Perhatian peserta didik akan tersedot penuh terhadap materi
Kekurangan dari pembelajaran hypnoteaching. Metode ini belum banyak digunakan oleh para pendidik di Indonesia. Banyaknya peserta didik yang ada disebuah kelas, menyebabkan kurangnya waktu dari pendidik untuk memberi perhatian satu per satu peserta didiknya. Perlu pembelajaran agar pendidik bisa melakukan Hypnoteaching. Tidak semua pendidik menguasai metode ini. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada disekolah
Dalam instrumental input, peran seorang pendidik dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran sangatlah besar. Tiap-tap pendidik mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan pengajaran. Perbedaan cara pengajaran ini membuat perbedaan kondisi kelas dan tentu saja hasil yang berbeda.
Pembelajaran di Indonesia selama ini banyak menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses mengajar. Yaitu metode pembelajaran dengan cara ceramah dimana peran pendidik aktif dan peserta didik cenderung pasif. Beberapa pakar mengatakan metode tersebut tidak layak dipakai lagi, sekarang sudah ada metode yang di anggap lebih bagus. Metode yang dimaksud yaitu metode pembelajaran hypnoteaching. Metode pembelajaran hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang penyampaian materinya menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap peserta didik.
Konvensional
Salah satu metode pembelajaran yang paling banyak dipakai adalah metode pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, diantaranya: Djamarah (1996) metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara pendidik dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan metode konvensional, ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, pembagian tugas, dan latihan. Freire (1999) memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber-“gaya bank” (banking concept of education). Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh peserta didik, yang wajib diingat dan dihafal. Menurut Depdiknas dalam pembelejaran konvensional, cenderung pada belajar hafalan yang mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen, menekankan informasi konsep, latihan soal dalam teks, serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper dan pensil test yang hanya menuntut pada satu jawaban benar. Belajar hafalan mengacu pada penghafalan fakta, hubungan, prinsip, dan konsep. Di sini terlihat bahwa proses pembelajaran lebih banyak didominasi pendidik sebagai “pen-transfer” ilmu, sementara peserta didik lebih pasif sebagai “penerima” ilmu. Institute of Computer Technology (2006:10) menyebutnya dengan istilah “Pengajaran tradisional”. Dijelaskannya bahwa pengajaran tradisional yang berpusat pada pendidik adalah perilaku pengajaran yang paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia.
Pengajaran model ini dipandang efektif atau mempunyai keunggulan karena dapat berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. Menyampaikan informasi dengan cepat. Membangkitkan minat akan informasi. Mengajari peserta didik yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar. Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan – kelemahannya adalah .Tidak semua peserta didik memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar peserta didik tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar peserta didik itu sama dan tidak bersifat pribadi. Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on activities). Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh pendidik pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Para peserta didik tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas (hasil). Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal. Pendidik jarang mengajar peserta didik untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep. Peserta didik hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah.
Secara umum ciri-ciri pembelajaran konvensional Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana peserta didik menerima pengetahuan dari pendidik dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar, Belajar secara individual, Pembelajran sangan abstrak dan teoritis, Perilaku dibangun atas kebiasaan,Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final, Pendidik adalah penetu jalannya proses pembelajaran, Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik, Interaksi di antara peserta didik kurang, Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan, Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh pendidik pada saat belajar kelompok sedang berlangsung, Pendidik sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Hypnoteaching
Metode pembelajaran lain yang kini tengah dikembangkan adalah metode belajar hypnoteaching. Hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar karena alam bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap cara kerja otak. Hypnoteaching merupakan gabungan dari lima metode belajar mengajar seperti quantum learning, accelerate learning, power teaching, Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan hypnosis.
Kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching Proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik. Peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya. Proses pemberian ketrampilan banyak diberikan disini. Proses pembelajarannya lebih beragam. Peserta didik dapat dengan mudah menguasai materi, karna termotivasi lebih untuk belajar. Pembelajaran bersifat aktif. Pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif. Peserta didik lebih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif. Peserta didik akan melakukan pembelajaran dengan senang hati. Daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama, karena peserta didik tidak menghafal. Perhatian peserta didik akan tersedot penuh terhadap materi
Kekurangan dari pembelajaran hypnoteaching. Metode ini belum banyak digunakan oleh para pendidik di Indonesia. Banyaknya peserta didik yang ada disebuah kelas, menyebabkan kurangnya waktu dari pendidik untuk memberi perhatian satu per satu peserta didiknya. Perlu pembelajaran agar pendidik bisa melakukan Hypnoteaching. Tidak semua pendidik menguasai metode ini. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada disekolah